السلام عليكم و رحمة اللّه و بركاته

Sabtu, 06 April 2013

Artikel Pendidikan -PENDIDIKAN ISLAM - {MENUJU MAHASISWA MUSLIM SUKSES}

بسم الله الرحمن الرحيم

Islam adalah sebuah din yang sempurna, memiliki aturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam memiliki metode untuk mencetak generasi cemerlang melalui pendidikan. Pada dasarnya, Negara secara langsung bertanggung jawab dan memberi jaminan kepada setiap individu rakyat dalam hal sandang, pangan, papan, keamanan, kesehatan termasuk pendidikan, karena pemenuhan hal tersebut merupakan masalah pelayanan umum (ri’ayah asy-syu’un al ummah).
Sosok generasi cemerlang merupakan hasil proses pendidikan, dimana tujuan pendidikan dalam Islam adalah menghasilkan individu yang memiliki kepribadian Islam (syakhshiyah Islamiyah), berjiwa pemimpin dan negarawan, serta menguasai keterampilan dan kompetensi IPTEK.

Komponen pembentuk generasi cermerlang meliputi: keluarga, sekolah, lingkungan-masyarakat dan negara.
Keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam melakukan proses pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Peran ibu sebagai ummu wa rabatulbait merupakan sekolah yang pertama dan utama (madrasatul ula wal aulia) bagi anak, demikian pula fungsi pengasuhan (hadlonah) dan pemberian ASI selama 2 tahun merupakan tanggung jawab ibu. Adapun proses pendidikan anak pada fase prabaligh (tamyiz) dan baligh merupakan tanggung jawab bersama ayah dan ibu. Dimana pada fase prabaligh (tamyiz) ini menuntut perhatian dan kesabaran orangtua untuk membimbing anak agar siap menerima beban (taklif) hukum saat anak masuk fase baligh. Banyak ahli meyakini bahwa keberhasilan pendidikan pada fase prabaligh berkontribusi besar pada keberhasilan pembentukan kepribadian Islam anak setelah baligh dan tumbuh dewasa.
Sekolah harus berupaya mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum dirancang dan dijabarkan dalam bentuk metode dan media pembelajaran yang berlandaskan pada aqidah Islam dan sesuai dengan syariat Islam. Metode pengajaran yang digunakan adalah untuk membangkitkan kecerdasan dan memperbaiki prilaku secara talqiyan fikriyan, dimana bahasa Arab menjadi bahasa pengantar utama. Selain kurikulum, keberhasilan pendidikan di sekolah juga ditentukan kualitas guru dan infrastruktur.
Kontrol masyarakat. Proses pendidikan sangat memerlukan dukungan dan kontrol masyarakat dalam mengawasi penerapan proses dan kebijakan sistem pendidikan. Masyarakat pun berperan dalam menjaga pergaulan anak atau remaja dalam kehidupannya. Partai politik pun memiliki peran dalam mencerdaskan dan membangun kesadaran politik umat.
Negara. Pemerintah memiliki peran sangat besar dan strategis dalam menentukan arah dan kebijakan sistem pendidikan. Beberapa peran negara dalam pendidikan, meliputi:

mengontrol dan menjamin kurikulum/media tidak bertentangan dengan aqidah dan syariat Islam;
pendidikan untuk semua, karena menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim;
mengoptimalkan pencapaian pendidikan murah dan berkualitas kelas dunia,;
sebagai penopang infrastruktur pendidikan dan menjamin kesejahteraan guru,
mendorong keterampilan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Negara menetapkan kualifikasi kompetensi lulusan (hasil pendidikan) sesuai dengan jenjang pendidikan dari semenjak PAUD, SD, Sekolah Menengah dan Pendidikan Tinggi.
Negara membina, mengontrol dan menjamin kesiapan orang tua dan profesionalitas guru/dosen dalam rangka membina dan mendidik generasi;
Seluruh pendanaan pendidikan melalui APBN diperoleh dari Baitul Mal, dengan mengambil kas kepemilikan umum.
Khatimah
Pendidikan mencakup komponen yang luas, yaitu meliputi keluarga, sekolah, masyarakat-lingkungan, serta Negara. Peran paling penting dalam pembentukan kepribadian generasi ada pada negara melalui pemberlakuan sistem pendidikan. Secara paradigmatik, pendidikan harus berlandaskan pada akidah Islam, dimana akidah Islam dijadikan dasar penentu arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu dan pengetahuan, serta proses belajar mengajar, termasuk penentuan kualifikasi dosen dan guru, serta budaya kampus/sekolah tempat generasi ini eksis di dalamnya. Negara sebagai penyelenggara pendidikan yang utama haruslah menerapkan kurikulum yang menjamin tercapainya generasi berkualitas cemerlang.  Tidak sekedar menjadikan generasi yang mengejar kemajuan teknologi dan dunia kerja, tetapi juga membentuk kepribadian Islam, berjiwa pemimpin dan negarawan
wassalam.
Sumber : Disadur dari tulisan Caria Ningsih, SE, MSi dengan beberapa perubahan http://mik.upi.edu/2012/11/22/

TAMBAHAN.
Profil guru muslim (termasuk orangtua sebagai guru informal anak) sebagai berikut:
   -       penghafal Al Qur’an & Hadits;
   -       berkepribadian Islam & faqih fidien;
   -       ahli ibadah & berakhlak mulia;
Berkaca dari sejarah : Dibalik kecerdasan dan kedalaman fikih Imam Syafie ternyata ada seorang ibu yang senantiasa mendidik dan mendoakan kebaikan baginya. Ibu beliau senantiasa memberi makan dan minum yang halal, serta bertutur kata lembut dan santun kepadanya. Yang beliau dahulukan dalam belajar setelah hafal Al-Qur’an adalah membaca hadits. Karena itu, setelah hafal Al-Qur’an beliau belajar kitab hadits karya Imam Malik bin Anas kepada pengarangnya langsung pada usia yang masih belia.
Sosok generasi emas Islam pun terukir secara fenomenal pada sosok Sultan (pemimpin) dan pasukan Penakluk Konstantinopel. Di balik keshalehan, kehebatan dan kecerdasan Muhamad Al Fatih ‘Sang Penakluk’, ada 3 guru yang menginspirasi dan mendidiknya dengan kuat, yaitu ayahnya Khalifah Murad II dan 2 guru utamanya. Sejak kecil, Muhamad al Fatih memperhatikan upaya ayahnya menaklukan Kontantinopel. Ayah beliau memberikan 2 guru terbaik untuk mendidiknya yaitu Syeikh Al Kurani dan Syeik Aaq Syamsuddin, mereka mendidik Al Fatih dari berbagai disiplin ilmu.
   -       menguasai keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi;
   -       memahami tumbuh kembang siswa, baik secara aqal, fisik maupun naluri;
   -       berjiwa pendidik dan menjadi teladan.

   Selain kualifikasi tersebut, pendidik para guru harus memiliki keutamaan:
   -       mencintai dan memiliki kedalaman ilmu
   -       senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan dalam keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang keahliannya.
 Sebagai gambaran, Imam Malik dikenal sebagai gurunya para guru, mujtahid, dan khalifah. Kecintaan beliau kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabadikan dalam dunia pendidikan, tidak kurang empat Khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Harun Arrasyid dan Al Makmun pernah jadi muridnya, bahkan ulama ulama besar Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i pun pernah menimba ilmu darinya. Menurut sebuah riwayat disebutkan murid Imam Malik yang terkenal mencapai 1.300 orang. Pada usia belasan tahun Al Imam Malik mulai menuntut ilmu. Ketika berumur 21 tahun beliau mulai mengajar dan berfatwa. Beliau berguru pada ulama terkenal di antaranya Nafi’, Sa’id Al Maqburi, Amir bin Abdullah bin Zubair, Ibnu Al Mukandir, Az Zuhri, Abdullah bin Dinaar, dan sederet ulama-ulama besar lainnya. Al Imam Malik mempunyai karya yang besar di bidang hadits, yaitu kitab Al Muwattha, karya beliau lainnya adalah Risalah fi Al Qadar, Risalah fi Al Aqdhiyyah, dan satu juz tentang tafsir.
Profil lembaga Pendidikan Tinggi Islam

Tujuan Pendidikan Tinggi: menghasilkan himpunan ulama, ilmuwan, para ahli dan pengajar di berbagai bidang, dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan umat
Manajemen organisasi Pendidikan Tinggi yang efektif dan efisien
Infrastruktur pembelajaran yang memadai dan berkualitas
Kelengkapan perpustakaan terdiri dari banyak buku, manuskrip, jurnal, modul, hasil riset, media pembelajaran dan dilengkapi ICT (Information Communication Technology)
Laboratorium yang lengkap dan modern
Bebas biaya, atau setidaknya biaya murah, dan menawarkan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi dan atau kurang mampu.
Asrama mahasiswa gratis, lengkap dengan fasilitas dan akomodasi, disertai system pembinaan harian terpadu, seperti mahad/pesantren.
Menghidupkan penelitian2 dan seminar2/halaqah2/majelis2 ilmu, dalam rangka desimenasi dan penyebaran ilmu pada seluruh bidang kehidupan.
Pengabdian masyarakat dalam rangka implementasi keilmuan dalam rangka memecahkan permasalahan dan meraih kemaslahatan umat. Ilmu wa amal min ajlih goyah.
ARTIKEL 2

Sukses dapat diartikan sebagai keadaan tercapainya tujuan atau cita-cita. Sukses di sini masih memiliki arti umum, dalam arti bisa bernilai benar atau salah, tergantung pada pandangan hidup yang mendasari perumusan tujuan dan standar yang digunakan untuk menilai suatu kesuksesan dan kegagalan. Seorang perampok misalnya, dapat dikatakan sukses bila dia berhasil merampok barang yang telah ditargetkannya. Sementara seorang petani, dikatakan sukses bila berhasil melakukan panen dengan hasil yang sesuai dengan harapannya. Jadi, sukses tidak selamanya identik dengan benar. Bisa saja seseorang merasa sukses, namun sebenarnya dia tidak berada di atas kebenaran. Dengan kata lain, hakikatnya dia telah gagal.Yang harus dicari adalah kesuksesan yang sejati, yaitu kesuksesan yang berada dalam jalur kebenaran. Ini hanya terwujud bila seseorang mencapai suatu tujuan yang didasarkan pada pandangan hidup dan standar yang benar. Dan di samping itu, kesuksesan itu harus diraih dengan cara yang benar pula. Kesuksesan yang diraih lewat jalan yang tidak benar, sebenarnya adalah kesuksesan yang semu dan palsu, bukan kesuksesan yang hakiki.


Demikian pula kiranya dengan dunia mahasiswa. Tatkala seseorang ingin menjadi mahasiswa yang sukses dalam kuliahnya, maka pertanyaan kritis yang harus dijawab adalah, apa tujuan dari kuliahnya? Standar-standar serta indikator-indikator apa yang dipakai untuk mengukur tercapainya tujuan itu? Apakah tujuan itu sudah didasarkan pada pandangan hidup yang benar?

Antara Fakta Dan Idealita

Dunia saat ini termasuk Dunia Islam dicengkeram oleh ideologi yang berasaskan ide sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Dengan demikian, seluruh aspek kehidupan termasuk juga pendidikan, akan terwarnai dan terpola oleh ideologi asing tersebut. Dalam sebuah sistem kehidupan ini, sistem pendidikan akan senantiasa bersifat sekuleristik. Pendidikan tidak akan memberikan ruang yang cukup bagi agama, sebab agama bukanlah sesuatu yang penting dalam kehidupan. Agama hanya mengatur hubungan pribadi manusia dengan Tuhan, sementara hubungan manusia dengan manusia lainnya, seperti aspek politik, ekonomi, budaya, tidaklah diatur oleh agama.

Karena itu, dapat dilihat bahwa out put sistem pendidikan seperti ini, hanya akan menjadi manusia yang pandai dalam ilmu pengetahuan, namun dangkal dalam pemahaman agama. Para alumnus sistem ini akan menjadi manusia yang sekuleristik, materialistik, oportunistik, dan individualistik. Dikatakan sekuleristik, karena dia akan meletakkan agama dalam posisi terbatas yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhannya. Sementara aspek interaksi sosial yang luas, dianggapnya tidak perlu diatur dengan agama. Bersifat materialistik, karena tujuan hidupnya hanya mengejar kesenangan duniawi semata, seperti harta benda, jabatan, dan sebagainya, namun lupa akan tujuan akhiratnya. Dikatakan oportunistik, karena cara dia mengukur segala tindakannya adalah berdasarkan manfaat belaka, atau untung rugi, bukan berdasarkan ketentuan halal-haram.Dan bersifat individualistik, karena dia akan menjadi orang yang hanya mementingkan diri sendiri, serta kurang menaruh kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Memang manusia seperti ini akan bisa hidup, namun jelas bukan hidup yang benar.

Dalam sistem sekuleristik seperti ini, sukses tidaknya seorang mahasiswa tentunya hanya akan diukur berdasarkan indikator-indikator akademik semata yang kering dari sentuhan nilai dan norma agama. Mahasiswa tetap dikatakan sukses setelah dia menyelesaikan studinya dalam waktu sekian tahun, dengan indeks prestasi sekian, meskipun dia dangkal atau bahkan bodoh dalam pemahaman agamanya. Apakah manusia seperti ini yang dikehendaki Islam? Cukupkah kesuksesan mahasiswa muslim hanya diukur dengan indikator-indikator akademik semata yang cenderung sekuleristik itu?

Sesungguhnya Islam telah menetapkan tujuan dalam sebuah proses pendidikan, yang hanya bisa dicapai bila sebuah sistem pendidikan didasarkan pada Islam, bukan yang ada saat ini. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah terbentuknya kepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyyah) yang dibekali dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan.

Adapun ilmu dan pengetahuan yang menjadi bekal hidup, adalah segala jenis ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk kehidupan bermasyarakat, seperti sains dan teknologi beserta segala macam ilmu cabang dan terapannya. Namun demikian, Aqidah Islamiyah harus dijadikan standar dalam hal pengambilan atau pengamalannya. Segala ilmu yang sesuai Aqidah Islamiyah saja yang boleh diambil dan diamalkan. Yang bertentangan dengan Aqidah Islamiyah haram untuk diambil dan diamalkan. Dari segi pengetahuan dan studi, Islam memang membolehkan segala macam ilmu, meskipun bertentangan dengan Islam. Tetapi dari segi pengambilan/pengamalan dan itiqad (keyakinan), Islam hanya membolehkan pengetahuan yang tidak bertentangan dengan Islam, bukan yang lain.

Dengan demikian, dapat diringkas bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan: 1). Pembentukan kepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyyah), dan 2) Penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan.

Dari sinilah seharusnya seorang mahasiswa muslim menetapkan indikator-indikator kesuksesannya, sebab dia bukan sekedar beridentitas mahasiswa, tetapi juga seorang muslim. Identitas keislaman ini tentu tak boleh dia tanggalkan dalam segala kiprahnya di dunia, termasuk kiprahnya dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi.


Kiat Mahasiswa Muslim Sukses

Dari uraian di atas, kiranya jelas bahwa seorang mahasiswa muslim yang sukses dapat dicirikan dengan dengan 2 (dua) indikator: Pertama, Dimilikinya kepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyyah), Kedua, Dikuasainya ilmu pengetahuan yang menjadi bidang studinya. Seorang mahasiswa muslim yang sukses, dengan demikian, adalah mahasiswa yang berhasil memiliki kedua indikator tersebut secara bersamaan. Jadi mahasiswa yang hanya menguasai pengetahuan yang menjadi objek studinya, namun dangkal dalam pemahaman Islamnya, hakikatnya adalah mahasiswa yang gagal. (Meskipun menurut ukuran konvensional yang sekuleristik, dia adalah mahasiswa yangsukses.

Untuk memiliki kepribadian Islam, pada prinsipnya seorang mahasiswa harus mempelajari Islam secara mendalam. Dia harus menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai landasan berpikirnya, yang dengannya dia dapat berpikir Islami dengan menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar untuk menilai segala pemikiran yang ada. Dia harus juga menjadikan Syariat Islamiyah yang lahir dari Aqidah Islamiyah sebagai standar untuk menetapkan kecenderungannya dan memenuhi segala kebutuhannya.

Salah satu karakter muslim yang berkepribadian Islam, untuk konteks sekarang, adalah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kondisi umat. Kondisi umat Islam di seluruh dunia yang kini dikuasai ra'sumaliyah, harus membuatnya terhentak dan tersadar dengan keadaran yang penuh dan menyeluruh untuk turut serta dalam proses perubahan menuju kondisi yang Islami.

Secara konkret, muslim yang peduli dengan keadaan umat itu akan mengindentifikasikan dirinya sebagai seorang pengemban dakwah (hamilud dakwah), sebab metode Islam untuk mengubah kondisi tak Islami menjadi Islami tak lain adalah dengan jalan mengemban dakwah Islamiyah (hamlud dakwah al islamiyah).

Untuk menguasai ilmu pengetahuan yang menjadi objek studinya, seorang mahasiswa harus sukses secara akademik. Kusman Shadik (1996) memaparkan kiat-kiat praktis untuk mencapai sukses akademik bagi para mahasiswa muslim :

SATU. Kepercayaan Diri Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa Anda punya potensi besar untuk meraih sukses di perguruan tinggi, merupakan langkah awal yang perlu dimiliki. Kepercayaan diri ini tentunya adalah kepercayaan yang didasarkan pada adanya potensi intelektual yang nyata, bukan kepercayaan diri palsu yang tidak didasarkan pada potensi intelektual yang nyata atau hanya sekedar berdasarkan ilusi kosong. Rasa percaya diri akan berpola positif apabila ditunjang oleh usaha yang gigih agar potensi intelektual yang ada ini dapat teraktualisai secara optimal dalam kegiatan perkuliahan.

DUA. Kesehatan Beban studi yang tidak ringan jelas memerlukan dukungan faktor kesehatan. Karena itu, suatu hal yang penting diperhatikan adalah masalah kesehatan tubuh. Berupayalah Anda memiliki kesehatan tubuh yang selalu prima agar Anda dapat mencapai hasil optimal dalam menyelesaikan beban kuliah, responsi, dan praktikum. Menjaga kesehatan dapat dilakukan dengan cara rajin berolahraga, mengkonsumsi makanan bergizi, dan beristirahat secara cukup.

TIGA. Metode Belajar Metode belajar di perguruan tinggi sangat berbeda dibandingkan dengan masa SMU. Di peguruan tinggi seorang mahasiswa dituntut bukan hanya hanya sekedar bisa, tetapi dituntut sampai pada tingkat memahami. Proses mencapai pemahaman adalah mengkaitkan setiap informasi dengan fakta, atau mengkaitkan fakta dengan informasi. Faktor terpentingnya, adalah informasi. Karenanya, informasi (tentang mata kuliah) harus selalu ditambah. Penambahan informasi selain dari diktat kuliah dapat dilakukan melalui sarana perpustakaan yang ada, terutama buku ajar yang dijadikan sebagai referensi buku diktat tiap mata kuliah. Buku-buku tersebut selain dapat memperluas konsep dasar dari mata kuliah yang bersangkutan juga dapat melatih Anda untuk mengerjakan bentuk-bentuk soal yang biasanya disertakan pada akhir tiap bab.

EMPAT. Ujian Ujian merupakan momen penting yang menentukan keberhasilan mahasiswa dalam suatu mata kuliah.


Penutup
 Kiranya menjadi mahasiswa muslim yang sukses memang merupakan dambaan. Namun sekali lagi perlu diperhatikan benar, apa indikator kesuksesan yang digunakan. Jangan sampai Anda merasa menjadi sukses, padahal sebenarnya gagal. Mahasiswa muslim yang sukses adalah mahasiswa berhasil meraih 2 (dua) hal sekaligus: Pertama, Menjadi muslim yang berkepribadian Islam, dan Kedua, Meraih kesuksesan secara akademik.

Selain itu, seorang mahasiswa yang berkepribadian Islam juga dituntut untuk peduli terhadap keadaan umat, dengan jalan turut serta memikul tanggung jawab dakwah Islamiyah demi terwujudnya tatanan umat dan masyarakat yang Islami.

Tidak ada komentar: